Rechercher dans ce blog

Saturday, February 29, 2020

Ini Deretan Saham yang 'Kebal' dari Risiko Corona Pekan Lalu - CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Sepanjang pekan lalu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 7,3% ke level 5.452,7 mengikuti kekhawatiran global akibat kian masifnya penyebaran virus corona ke berbagai negara termasuk Amerika Serikat (AS). Namun 10 saham ini "kebal" dari "batuk-batuk" di bursa global sepekan lalu.

Di tengah kondisi suram tersebut, beberapa saham mencatatkan kinerja positif, seolah menafikan situasi pasar yang tak pasti tersebut. Mayoritas di antara saham yang mencatatkan keuntungan transaksi terbesar (top gainers) tersebut memiliki keunggulan komparatif yang unik.

Berikut ini daftar sepuluh saham yang merajai bursa nasional dalam hal peningkatan harga sepanjang pekan lalu yang diulas Tim Riset CNBC Indonesia.

Pertama adalah saham PT Dewata Freight International Tbk (DEAL) yang mencatatkan penguatan sebesar 29,2% atau setara 45 poin per saham. Emiten pengiriman barang ini telah meneken enam nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) proyek logistik.

Sektor pengiriman barang memang sedang mendapat berkah berkat booming e-commerce. Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) memperkirakan pertumbuhan bisnis logistik di Tanah Air bisa mencapai lebih dari 30% pada 2020.

Bila dihitung secara perinci, estimasi pertumbuhan sektor ini secara menyeluruh setidaknya bisa mencapai Rp 40 triliun. Harap dicatat, Indonesia merupakan pasar terbesar di Asia Tenggara bagi para pemain e-commerce.

Saham kedua adalah PT Industri dan Perdagangan Bintraco Dharma Tbk (CARS) yang tahun lalu melakukan pemecahan nilai nominal saham (stock split). Aksi korporasi ini menjadi nilai lebih CARS karena sahamnya kian terjangkau bagi investor ritel sehingga membantu memperkuat likuiditasnya di pasar.

Beberapa broker besar mengoleksi saham tersebut, seperti misalnya PT Trimegah Securities yang pada Januari lalu telah menaikkan porsi kepemilikan sahamnya dari 5,7% menjadi 7,3%, atau setara 1,09 miliar saham.

Sepekan lalu, saham emiten pengendali diler New Ratna Motor ini menguat 10,7% atau 9 poin. Perseroan telah menggunakan 100% dana hasil penawaran umum perdana (Initial Public Offering/IPO) pada 2017 untuk ekspansi di diler anak usahanya tersebut. 

[Gambas:Video CNBC]


Let's block ads! (Why?)



"dari" - Google Berita
March 01, 2020 at 01:50PM
https://ift.tt/2uDQr34

Ini Deretan Saham yang 'Kebal' dari Risiko Corona Pekan Lalu - CNBC Indonesia
"dari" - Google Berita
https://ift.tt/2rCl872
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update

Netizen Sambut Kekalahan Telak Liverpool dari Watford Olahraga • 20 menit yang lalu - CNN Indonesia

Jakarta, CNN Indonesia -- Kekalahan perdana Liverpool di Liga Inggris musim ini menuai respons netizen, mulai dari khalayak hingga mantan pemain Manchester United dan klub asal Jerman.

Liverpool mengalami kekalahan telak dari Watford pada pekan ke-28 Liga Inggris.

Dua gol Ismaila Sarr dan sebuah gol Troy Deeney mengakhiri catatan tanpa kalah Liverpool di liga domestik yang sudah bertahan selama 44 pertandingan.

Netizen membanjiri lini masa media sosial menanggapi kekalahan anak asuh Jurgen Klopp.

Mantan pemain MU, Gary Neville, menampakkan video berdurasi 13 detik sedang membuka botol sampanye. Unggahan mantan bek timnas Inggris itu tidak dilengkapi tulisan apapun, namun banyak warganet yang mempersepsikan Neville sedang merayakan kekalahan Liverpool.

Selain Neville, klub asal Jerman RB Leipzig juga turut meramaikan kekalahan The Reds dengan membalas cuitan akun resmi Liverpool dengan menampilkan video Timo Werner sedang terkejut melihat layar telepon seluler.

Werner merupakan penyerang yang sedang diincar Klopp untuk melengkapi skuat Liverpool pada musim depan.

Kekalahan pemimpin klasemen Liga Inggris itu juga mendapat reaksi dari netizen-netizen lain, termasuk dari pendukung klub lain yang menjadi kompetitor Liverpool.


Kendati menelan kekalahan dan gagal mengalahkan rekor Arsenal, fan Liverpool tetap menampilkan kepercayaan diri di lini masa bakal berpesta pada akhir musim ini.

Netizen Sambut Kekalahan Liverpool dari Watford

Hingga kini, Liverpool masih memimpin klasemen Liga Inggris dengan 79 poin atau unggul 22 poin atas Manchester City dan masih memiliki peluang besar meraih gelar pertama di era Premier League. (nva/jal)

Let's block ads! (Why?)



"dari" - Google Berita
March 01, 2020 at 12:42PM
https://ift.tt/2I6kL9A

Netizen Sambut Kekalahan Telak Liverpool dari Watford Olahraga • 20 menit yang lalu - CNN Indonesia
"dari" - Google Berita
https://ift.tt/2rCl872
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update

Adik Ipar Ashraf Sinclair: BCL Menyanyi dari Hatinya... - Kompas.com - KOMPAS.com

JAKARTA, KOMPAS.com - Bunga Citra Lestari ( BCL) telah kembali manggung meski masih dalam keadaan berduka setelah kehilangan suaminya, Ashraf Sinclair.

BCL membuka panggung pertamanya pada 28 Februari 2020 lalu.

Baca juga: Kagum pada BCL, Ronan Keating Persembahkan Sebuah Lagu

Setelah ayah Ashraf menunjukkan rasa bangga pada ketegaran menantunya itu, kini adik ipar Ashraf, penyanyi Yuna Zarai juga mengungkapkan hal yang sama.

Yuna memuji penampilan kedua BCL dalam Romantic Valentine Concert with Ronan Keating, Sabtu (29/2/2020) kemarin.

Menurut istri Adam Sinclair, adik Ashraf tersebut, BCL menyanyi dengan mengungkapkan isi hati.

Baca juga: Manggung Lagi Usai Kepergian Ashraf, BCL Mengaku Gugup

"My sis sang her heart tonight in Jakarta, I wish I was there," tulis Yuna di fitur Instagram Story akunnya sambil mengunggah video penampilan BCL, seperti dikutip Kompas.com, Minggu (1/3/2020).

Yuna yang tak bisa menyaksikan secara langsung, mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah mendukung, juga rasa sayangnya pada BCL.

"Thank you everyone for being there to support her!! I love you @bclsinclair, si proud of you," tulis Yuna.

Baca juga: Aksi BCL di Konser Ronan Keating dan Christian Bautista, Dipuji hingga Dipersembahkan Sebuah Lagu

Dari dua penampilan tersebut, BCL mendapat banyak pujian dari masyarakat.

Tak sedikit juga warganet yang mengunggah ulang momen BCL menyanyi sambil menuliskan ungkapan haru.

Warganet merasa BCL begitu tabah dan kuat.

Baca juga: Ungkapan Kesedihan BCL di Konser Ronan Keating dan Christian Bautista

Let's block ads! (Why?)



"dari" - Google Berita
March 01, 2020 at 12:29PM
https://ift.tt/2TaGX8R

Adik Ipar Ashraf Sinclair: BCL Menyanyi dari Hatinya... - Kompas.com - KOMPAS.com
"dari" - Google Berita
https://ift.tt/2rCl872
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update

Tak Ada yang Lebih Tabah dari Warga "Enam Dua" - detikNews

Jakarta -

Tak ada yang lebih tabah dari warga "enam dua". Hujan bulan Juni saja mungkin kalah. Hari-hari ini ketabahan manusia Indonesia yang sudah lama dikenal di segala penjuru angin dan seantero jagad raya untuk kesekian kalinya kembali diuji, dan memang terbukti "pilih tanding". Tak ada yang lebih tabah dari kita yang berkali-kali dihajar dan digempur bertubi-tubi oleh berbagai badai ujian, cobaan, dan tantangan dalam segala bentuknya, terbukti tetap tegak-tegar berdiri, bagaikan karang di tengah hempasan ombak, bagaikan dinding-dinding tebing yang memagari pantai.

Dingin, kuat, nyaris angkuh; itulah kita saking tabahnya, bangga dan memuji diri sendiri tak henti-henti. Kita baru saja dibuat geleng-geleng kepala, lalu melongo sampai mulut nyaris kemasukan lalat ijo, kemudian terkaget-kaget sampai rasanya mau kejengkang, dan berakhir dengan tawa lebar terbahak-bahak hingga pegal rahang dan pundak kita yang terguncang-guncang hebat, gara-gara pernyataan seorang ibu yang alim dan santun anggota sebuah lembaga pemerintahan yang mengatakan bahwa seorang perempuan bisa hamil kalau berenang campur dengan laki-laki dalam satu kolam.

Apa yang kita herankan sebenarnya? Apa yang membuat kita nyaris tidak percaya bahwa di zaman melimpahnya informasi saat ini, ada seorang berpendidikan tinggi, punya jabatan publik, terhormat, intelek, bisa mengeluarkan pernyataan yang sekonyol dan seabsurd itu? Tidak, bukan kekonyolan dan keabsurdan itu benar yang menusuk kalbu dan mengusik nurani kita. Pada zaman Mahabharata dulu, Dewi Kunti hamil gara-gara berjemur di bawah matahari, lalu lahirlah Karna sang perkasa, kakak para Pandawa sang pahlawan kita.

Jadi, yang membuat kita ribut, heboh, dan berolok-olok sampai nyaris marah-marah, sampai tak bisa lagi membedakan apakah kita sebenarnya sedang menangis atau tertawa, sebenarnya tak lain karena ketabahan kita menghadapi kenyataan itu. Kenyataan bahwa pernyataan yang paling konyol dan tak terbayangkan masih harus kita dengar, baca, simak, dan komentari ramai-ramai di abad yang mengobral istilah-istilah keren seperti "matinya kepakaran", "matinya demokrasi", "pasca kebenaran", "Big Data", "kecerdasan buatan", "Internet of Things", "Revolusi Industri 4.0", "Society 5.0", dan entah apa lagi....

Kita mengelus dada, menyandarkan punggung, menarik napas dalam-dalam, sambil berbisik pada diri sendiri, "Sabar, sabar...." Namun, sebelum bisikan lirih itu tertelan kembali, kita sudah dihadapkan pada pernyataan-pernyataan lain, yang datang dan pergi, yang tak kalah konyolnya, yang kembali menguji ketabahan kita. Seorang tokoh ormas dengan penuh semangat, berapi-api, dan berbusa-busa mengatakan bahwa banjir di Jakarta akibat hujan deras akhir-akhir ini hanya terjadi pada hari libur, semua itu berkat doa sang gubernur.

Bagaimana mengaitkan bencana alam dengan kesalehan seorang pemimpin? Tiba-tiba kita ingin mencakari sofa tempat kita duduk sampai koyak-moyak dan busanya berhamburan. Sejak itu, kita semakin yakin bahwa ketabahan kita memang tak akan terkalahkan oleh apapun lagi. Maka, ketika Wakil Presiden mengatakan bahwa bangsa kita sampai sejauh ini "masih aman" dari terpaan virus corona karena kita rajin membaca doa qunut saat salat subuh, jangankan untuk berdebat, kita bahkan sudah tidak punya sisa energi untuk menggumamkan komentar dalam satu kata sekalipun.

Tentu saja, sebagai insan-insan dan bangsa yang religius, kita sangat percaya dan tidak bakal berbantah-bantah lagi mengenai penting dan ampuhnya doa. Tapi, kita juga tahu, ada saat dan forum yang tepat ketika kita perlu bicara dan menegaskan kembali tentang hal itu. Pada saat seperti ini, ketika dihadapkan pada bencana dan musibah, entah itu banjir maupun wabah penyakit yang mematikan, yang pertama kali diperlukan oleh masyarakat adalah informasi yang jelas dari pemerintah bahwa telah dilakukan usaha-usaha yang sistematis, rasional, dan terukur.

Bukankah agama juga mengajarkan, usaha dulu baru doa? Dalam kasus wabah virus corona misalnya, Indonesia yang masih "aman-aman saja" di tengah negara-negara lain yang mulai "panik" dan melakukan langkah-langkah nyata --dari membatalkan salat Jumat sampai menutup kunjungan umroh-- kita perlu penjelasan yang meyakinkan, kenapa di negara kita masih "nol kasus". Sesuatu yang mestinya membuat kita tenang, patut bersyukur, dan kalau perlu berbangga (tanpa harus jumawa dan terlena), namun karena ketiadaan informasi yang jelas dari otoritas, yang ada justru sikap skeptis, was-was, dan penuh tanda tanya dalam ketidakjelasan.

Jika setiap pernyataan yang keluar dari seorang menteri hingga wakil presiden tidak membuat segala ketidakpastian itu berkurang, melainkan justru semakin menambah keraguan, maka tidak ada jalan lain kecuali kembali kepada ketabahan. Barangkali kita memang ditakdirkan untuk menjadi bangsa yang santai, pasrah, menghibur diri, bercanda, melucu, ngocol, dan entah apa lagi....

Dulu, pada zaman Orde Baru, juga ada seorang menteri yang akan terus dikenang karena pernyataannya yang menimbulkan kontroversi. Menurut sang menteri yang kala itu masih muda tersebut, maraknya lapangan golf (pada masa itu, yang kadang sampai harus menggusur permukiman warga), adalah indikator dari kemakmuran masyarakat. Tentu saja dia benar; maksudnya, indikator bagi yang makmur itu sendiri, sedangkan yang tergusur silakan gigit jari.

Jadi memang sudah dari dulu kita terbiasa mendapatkan pernyataan-pernyataan yang kacau, mengusik nalar, menghina akal sehat, bahkan menyakitkan hati, dari tokoh-tokoh, pejabat, dan para pemimpin yang mestinya memiliki pertanggungjawaban publik. Semua itu bisa jadi berakar pada budaya dan pendidikan kita yang tidak membiasakan dan mengajari kita untuk mengasah kemampuan mengungkapkan pernyataan dan ekspresi perasaan dengan benar.

Saya ingat, dalam pelajaran Bahasa Indonesia kelas tiga SMP dulu, murid-murid diminta Pak Guru untuk membuat kalimat yang benar dan menarik, dan itu terasa sebagai sebuah siksaan yang luar biasa, karena alangkah susahnya, karena --ternyata-- kita tidak mampu.

Pergilah ke acara pemakaman di kampung-kampung, dan kau bisa menyaksikan, barangkali hanya manusia Indonesia, warga "enam dua" ini, yang bisa bercanda dan tertawa di tengah upacara yang mestinya khusyuk, khidmat, dan penuh suasana duka cita.

Kita terbiasa salah menempatkan ekspresi dan sikap dalam banyak hal dan keadaan. Kita tidak terbiasa memuji, menyanjung, memberikan pernyataan yang mengapresiasi; kita lebih piawai mengolok, menyindir, atau dalam budaya Jawa secara khusus ada istilah "pasemon", "nyemoni", sebuah "seni" untuk mengungkapkan perasaan negatif tanpa terkesan menyakitkan, tapi efek mentalnya justru luar biasa menohok tajam, menghunjam perasaan yang paling dalam, membekas, dan susah dilupakan. (Bayangkan, untuk sesuatu yang sebenarnya bertujuan untuk menyakiti pun, kita punya cara yang samar agar tidak mencolok, tapi hasilnya sama saja!)

Kita selalu ingin melucu, melawak, tapi selalu salah tempat, tidak pas dengan suasana, dan gagal. Kita berlagak sok santai di saat situasi sebenarnya menghendaki keseriusan, dan sebaliknya tegang, kenceng, "ngegas" di saat yang mestinya perlu bersikap santai, wajar, dan biasa-biasa saja. Pendek kata, kita tidak peka; tidak pandai bersimpati, dan tidak punya empati. Berbagai "kearifan lokal" yang mulia seperti welas asih, tepa slira, dan empan papan hanya menjadi jargon pucat, lebih sekadar untuk mengklaim keagungan primordial, membanggakan kelompok, dan bukannya menjadi praktik keutamaan yang melekat dan "spontan" dalam pergaulan kehidupan.

Kita bahkan sulit sekali mengucapkan "terima kasih". Berilah bangku pada orang lain di transportasi umum, dan biasanya orang tersebut akan segera menerimanya bahkan tanpa menoleh ke arah kita untuk sekadar beradu pandang sebagai isyarat ucapan terima kasih, atau minimal memberikan senyuman paling tipis sekalipun. Budaya kita lebih mengajarkan untuk selalu menyerobot, mementingkan diri sendiri di atas kepentingan orang banyak, dan tak peduli. Sebaliknya, ketika kepentingan sendiri terusik sedikit saja, begitu mudahnya kita tersinggung, marah, nyolot, dan entah apa lagi....Yang punya utang lebih galak ketika ditagih oleh yang punya piutang!

Di jalanan, dua orang pengendara yang sama-sama melanggar aturan, dan karena satu dan lain hal, karena yang satu merasa terusik atau entah bagaimana, bisa berantem sendiri di tengah jalan, sehingga mengganggu pengguna jalan lainnya yang lebih banyak, yang menggunakan jalan sesuai peraturan. Yang tertib dan mentaati peraturan bisa menjadi minoritas dan malah menjadi "kalah gertak" oleh yang melanggar peraturan, karena jumlah mereka bisa jadi lebih banyak, dan melanggar itu sudah menjadi kebiasaan, dianggap wajar, sehingga seolah-olah justru merekalah yang benar.

Hal-hal kecil dan terkesan --atau kita anggap-- remeh tersebut merembet pada tatanan yang lebih besar dan menguasai hajat hidup orang banyak seperti hukum dan berbagai peraturan di level kekuasaan dan pengambil kebijakan. Atau, jangan-jangan justru sebaliknya, berbagai kekacauan di tingkat bawah itu cerminan dan akibat dari hukum dan berbagai peraturan perundang-undangan negara yang semestinya mengayomi, memberi rasa aman, menjamin keadilan dan ujungnya membuat kehidupan masyarakat tertata, nyaman, dan tenteram, namun kenyataannya justru lebih sering memberikan ketidakpastian dan perasaan terancam? Wallahualam.

Mumu Aloha wartawan, penulis, editor

(mmu/mmu)

Let's block ads! (Why?)



"dari" - Google Berita
March 01, 2020 at 12:06PM
https://ift.tt/2PBaypY

Tak Ada yang Lebih Tabah dari Warga "Enam Dua" - detikNews
"dari" - Google Berita
https://ift.tt/2rCl872
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update

Kronologi Kontak Senjata Brimob-KKB di Mimika hingga Korban Berguguran dari Kedua Pihak - Kompas.com - KOMPAS.com

TIMIKA, KOMPAS.com - Kontak tembak antara anggota Satgas Brimob dan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) terjadi di Mimika, Papua pada Jumat pukul 17.00 WIT. 

Kapolres Mimika AKBP I Gusti Gde Era Adhinata mengatakan, kontak tembak itu terjadi di wilayah Jipabera Kampung Arwanop, Distrik Tembagapura.

Begini kronologi kontak senjata antara Brimob dan KKB saat itu. 

Ketika itu, anggota Satgas Brimob akan berusaha akan melakukan penyekatan wilayah Tembagapura dari KKB. 

Baca juga: Polisi: KKB yang Terlibat Kontak Senjata di Mimika Dipimpin Gusbi Waker

Hal itu dilakukan agar KKB tidak memasuki wilayah Kampung Banti yang berdekatan dengan wilayah PT Freeport Indonesia.

Namun di perjalanan, tepat di wilayah Jipabera, Brimob bertemu dengan KKB, sehingga terjadi kontak senjata.

"Kontak tembak pun terjadi antara Satgas Brimob dan KKB," kata Era di Timika, Sabtu (29/2/2020).

Baca juga: Tiga Jam Kontak Senjata dengan KKB di Mimika, 1 Brimob Gugur Tertembak

Korban dari kedua belah pihak

Dalam kontak tembak itu satu anggota Brimob Bharada Doni Priyanto gugur terkena tembakan.

Namun, kata Era, korban juga terdapat dari KKB, akan tetapi langsung dibawa oleh kelompok bersenjata tersebut.

"Kemungkinan besar dari mereka (KKB) juga terdapat korban," ujar Era.

Jenazah Bharada Doni Priyanto kini masih dalam proses evakuasi ke Timika.

Baca juga: Bharada Doni yang Gugur Ditembak KKB Akan Terima Kenaikan Pangkat Luar Biasa

Identitas KKB

Menurut Era, pihaknya sudah mengetahui identitas KKB yang terlibat kontak senjata dengan Brimob.

KKB yang terlibat kontak tembak itu merupakan kelompok yang sama dengan yang melakukan penyanderaan terhadap tiga guru SD Inpres Baluni, Kampung Jagamin, Distrik Tembagapura pada 17 Februari lalu.

Kelompok kriminal bersenjata ini dipimpin Gusbi Waker.

"Kita sudah mengetahui pelaku tersebut, sama dengan yang melakukan penyanderaan guru," kata Era.

Baca juga: Anggota Brimob Gugur Tertembak KKB, Aparat Pantau Pergerakan Kelompok Egianus

Let's block ads! (Why?)



"dari" - Google Berita
February 29, 2020 at 03:30PM
https://ift.tt/2wUoCnT

Kronologi Kontak Senjata Brimob-KKB di Mimika hingga Korban Berguguran dari Kedua Pihak - Kompas.com - KOMPAS.com
"dari" - Google Berita
https://ift.tt/2rCl872
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update

Pulang dari Diamond Princess, Pasien Corona Pertama Meninggal di Australia - detikNews

Jakarta -

Australia melaporkan kematian pertama warganya karena virus Corona. Warga Australia berumur 78 tahun meninggal pada Minggu (1/3/2020) waktu setempat.

Dilansir AFP, Minggu (1/3/2020), pria tersebut diketahui baru dievakuasi dari kapal pesiar Diamond Princess di Jepang. Dia kemudian meninggal di Rumah Sakit (RS) Perth hari ini. Ini jadi kematian pertama di Australia.

Istrinya yang berumur 79 tahun juga terinfeksi Corona dan masih menjalani perawatan di Rumah Sakit Perth.

Sementara itu, CNN melaporkan hingga kini kematian akibat Corona mencapai 2.976 jiwa di dunia. Terdiri dari 2.870 orang di China dan 106 orang di luar China, tapi belum termasuk yang di Australia.

Sejauh ini korban meninggal karena Corona di luar China ada di Iran, Italia, Korea Selatan, Jepang, Hong Kong, Filipina, Taiwan, Amerika Serikat, dan terakhir Australia.

Sementara itu, kasus Corona di China mencapai 79.824 dan 6.676 kasus di luar China dengan total 86.500 kasus di dunia.

Komisi Kesehatan Nasional China menyatakan ada 41.625 orang di daratan tersebut yang dinyatakan sembuh dah keluar dari rumah sakit.

(zlf/asp)

Let's block ads! (Why?)



"dari" - Google Berita
March 01, 2020 at 09:44AM
https://ift.tt/2wkCsQs

Pulang dari Diamond Princess, Pasien Corona Pertama Meninggal di Australia - detikNews
"dari" - Google Berita
https://ift.tt/2rCl872
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update

Siapa Sangka Bisa Kantongi Rp 10 Juta/Bulan dari Tas Lukis? - detikFinance

Jakarta -

Bukan hal mustahil menjadikan hobi sebagai profesi yang menguntungkan. Faktanya, wanita muda asal Yogyakarta yang bernama Ardista Khairina (28) sukses meraup cuan dari hobinya menggambar dan dituangkannya di media tas berbahan kanvas.

Dengan usahanya yang diberi nama Little Red Lady, wanita yang akrab disapa Adis itu merancang totebag dengan gambar kartun yang menggemaskan. Adis yang memiliki gelar Master di marketing justru memilih fokus di usahanya ini.

Awalnya, Adis memulai usaha ini sebagai pekerjaan sampingan, sambil menjalani pendidikan S-2 di Universitas Gajah Mada (UGM), tepatnya pada tahun 2015.

"Dulu awalnya itu sekitar tahun 2015. Awalnya bikin tas juga, terus pindah ke boneka, sama bantal karikatur. Itu mulai ramainya di boneka. Karena dulu kan belum punya orang buat produksi, jadi nggak lanjut buat tas, ke bantal sama boneka. Dulu awal-awal jahit sendiri, buat sendiri, semua sendiri. Tapi cuma buat sampingan saja," kata Adis ketika dihubungi detikcom melalui sambungan telepon, Sabtu (29/2/2020).

Siapa Sangka Bisa Kantongi Rp 10 Juta/Bulan dari Tas LukisFoto: Istimewa/Little Red Lady


Pada tahun 2018, Adis menghentikan usahanya dan memilih bekerja di Bali. Selang 2 tahun, Adis ke berhenti dari pekerjaannya dan kembali ke Yogyakarta.

"Lalu saya pulang lagi ke Yogyakarta. Ya sudah saya coba lanjutin lagi saja Little Red Lady. Followersnya juga masih banyak. Customer lama itu banyak menanyakan saya kapan buka lagi. Akhirnya saya memutuskan untuk buka lagi. Tapi ganti sekarang, jadi boneka karikatur dan bantal masih ada, tapi sekarang fokusnya lebih ke tas. Jadi kembali ke paling awal bikin tas lagi," terang Adis.

Ia baru memulai usahanya kembali itu di awal tahun 2020 ini. Satu bulan berjalan, lapaknya laris manis. Ia yang awalnya berencana memproduksi 500 tas, bertambah lagi 200 tas. Belum lagi pesanan offline, dalam satu bulan ini totalnya sekitar 1.000 tas yang ia produksi. Ia pun berhasil mengantongi omzet Rp 10 juta dalam satu bulan.

"Ini kan masih baru banget, satu bulan ini sekitar Rp 10 juta sudah masuk," ungkapnya.

Padahal, ia menjajakan tasnya dengan harga rata-rata di bawah Rp 50.000. Bahkan, di produksi mendatang ia akan menjual tas dengan harga sekitar Rp 10.000-20.000.

"Kalau yang saya jual sekarang di Shopee Rp 10.000-20.000-an itu kan harga obral karena sisa pabrik. Itu harga aslinya hampir dua kalinya sebenarnya. Nanti untuk yang baru memang harga segitu, jadi memang murah-murah (kisaran Rp 10.000-20.000). Tapi dengan tidak diturunkan kualitas, tapi mungkin kalau yang ini kan pakai resleting. Nanti yang lainnya diganti pakai kancing," jelas Adis.

Siapa Sangka Bisa Kantongi Rp 10 Juta/Bulan dari Tas LukisFoto: Istimewa/Little Red Lady


Ia yang memasarkan produknya di akun Instagram @thelittleredlady dan Shopee @littleredlady, berencana untuk memproduksi hingga 1.500 tas di bulan Maret ini. Ke depannya, ia berharap bisa memproduksi 500-600 tas per minggu.

"Pokoknya 6 bulan pertama target saya kapasitas produksinya 500-600 buah per minggu," tutur dia.

Adis optimistis dengan bisnis yang fokus dijalankannya ini. Menurutnya, produk Little Red Lady punya perbedaan dengan menyediakan gambar yang tak pasaran. Ia juga memilih bahan dan komponen tas dengan kualitas terbaik.

"Jadi untuk masuk ke market itu harus bisa menjawab pertanyaan kenapa sih orang beli? Maka dari itu ini desain saya semua, gambar saya usahakan sekali tidak pasaran. Jadi ada daya tarik, kenapa beli tas di Little Red Lady dibandingkan yang lain. Dan untuk segi kualitas pun saya pakai resleting yang bagus, furing pun saya kasih, jadi semua standarnya sama," ucapnya.

Simak Video "Muffest 2020, Menkop UKM Ingin RI Jadi Kiblat Mode Muslim Dunia"
[Gambas:Video 20detik]
(dna/dna)

Let's block ads! (Why?)



"dari" - Google Berita
March 01, 2020 at 10:16AM
https://ift.tt/32JWkIH

Siapa Sangka Bisa Kantongi Rp 10 Juta/Bulan dari Tas Lukis? - detikFinance
"dari" - Google Berita
https://ift.tt/2rCl872
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update

Tiket Pesawat Diskon 50% Tak Hanya Berlaku dari Jakarta - Okezone Economy

JAKARTA - Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubunagn Novie Riyanto menjelaskan, pemberian diskon tarif insentif ini diberikan untuk semua penerbangan menuju 10 destinasi wisata.

"(Diskon) tiketnya tidak hanya dari Jakarta saja, dari destinasi manapun sepanjang tujuannya ke 10 destinasi itu diberikan diskon. Kemudian diskonnya untuk pulang-pergi ya. Kita konsisten," sebut Novie dalam keterangan tertulisnya, Jakarta, Minggu (1/3/2020).

Baca Juga: Resmi Berlaku Hari Ini, Diskon Tiket Pesawat 50% Akan Dievalusi Berkala

Novie mengatakan pemberian insentif berupa diskon tarif penerbangan ke 10 destinasi wisata ini bertujuan untuk mendorong sektor pariwisata di 10 destinasi wisata ini sebagai akibat wabah virus COVID-19 atau virus corona.

Lebih lanjut, Novie mengungkapkan, akibat wabah virus tersebut berdampak pada menurunnya jumlah pergerakan pesawat di sejumlah bandara. Seperti di Bandara I Gusti Ngurah Rai Denpasar, Novie menyebut pergerakan pesawat di bandara ini menurun dari semula 470-480 pergerakan pesawat menjadi hanya kurang lebih 400 pergerakan.

Kebijakan pemerintah ini sebagai tindak lanjut hasil Rapat Terbatas dipimpin bapak Presiden pada tanggal 25 Februari 2020 mengenai kesiapan menghadapi penyebaran Virus COVID-19, Kementerian Perhubungan bersama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif beserta Kementerian/Lembaga terkait akan melakukan upaya stimulus bagi pariwisata Indonesia. Hal ini berkenaan dengan penurunan wisatawan luar negeri dan dalam negeri akibat penyebaran virus corona di seluruh dunia.

Baca Juga: Pemerintah Gelontorkan Rp500 Miliar untuk Diskon Tiket Pesawat

Menindaklanjuti kebijakan ini nantinya pemerintah akan mengeluarkan Peraturan Presiden tentang Insentif Bidang Penerbangan Dalam Rangka Menunjang Pariwisata Nasional, dengan melibatkan Kementerian Keuangan, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian Perhubungan, dan Kementerian/Lembaga.

Pemerintah bersama dengan stakehokder penerbangan sepakat untuk memberikan insentif yang dapat menurunkan tarif penerbangan dari dan ke 10 destinasi pariwisata yaitu Batam, Denpasar, Yogyakarta, Labuan Bajo, Lombok, Malang, Manado, Toba (Silangit), Tanjung Pandan dan Tanjung Pinang.

Loading...

Let's block ads! (Why?)



"dari" - Google Berita
March 01, 2020 at 08:42AM
https://ift.tt/2VCCvl1

Tiket Pesawat Diskon 50% Tak Hanya Berlaku dari Jakarta - Okezone Economy
"dari" - Google Berita
https://ift.tt/2rCl872
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update

PKB: UMKM Jadi Jangkar Pengaman dari Pengangguran Massal - Liputan6.com

Liputan6.com, Jakarta Polemik soal Omnibus Law membuat masyarakat sering lupa bahwa jangkar pengaman penyerapan tenaga kerja saat ini ternyata bukanlah industri formal yang besar, apalagi padat modal. Jangkarnya adalah UMKM. Menyedihkan, tapi itu fakta yang harus diterima.

Demikian disampaikan Ketua DPP PKB bidang Ketenagakerjaan dan Migran Dita Indah Sari kepada media pada Sabtu sore (29/2/2020) di Jakarta.

Menurut catatan yang dihimpun PKB dari BPS, Dita menyatakan ada 116.978.631 orang tenaga kerja terserap di UMKM. Dari jumlah itu 89%-nya ada di usaha mikro, yang pekerjanya kurang dari 4 orang per unit, dan sifatnya jelas informal. Sementara usaha besar menyerap berapa? Hanya 3%, atau sekitar 3,6 juta orang saja.

"Kami tidak sedang mempertentangkan yang kecil dengan yang besar, raksasa dengan liliput. Namun struktur ekonomi semacam ini memang lampu kuning. UMKM memang harus dihidupkan terus, dari hulu ke hilir. Apalagi situasi ekonomi global sedang mengalami perlambatan seperti ini. Industri padat karya skala besar belum tentu segera mau tanam modal. Jadi untuk sementara, yang ada ya kita ramu baik-baik. Ya UMKM itu, "sambung Dita.

Pemerintah memang sudah melakukan banyak upaya untuk mendongkrak UMKM. Subsidi bunga KUR 6%, keringanan pajak 5%, akses pelatihan dan pemberdayaan di banyak kementerian, digitalisasi dll. Namun bagi PKB kunci keberlanjutan usaha kecil adalah terintegrasinya mereka dengan ekosistem industri yang lebih besar.

"UMKM harus jadi bagian dari supply chain bagi industri formal. UMKM makanan, kerajinan, kesenian menjadi bagian terintegrasi dengan industri pariwisata. UMKM pertanian menjadi bagian dari industri pengolahan makanan minuman. Skemanya bisa public private partnership atau bantuan full pemerintah dan bank".

"Jadi apa yang sudah dimiliki jangan disia-siakan. Bagaimana si kecil yang berjasa ini bisa terus hidup dan berperan besar", demikian Dita.

Let's block ads! (Why?)



"dari" - Google Berita
March 01, 2020 at 06:42AM
https://ift.tt/2TbQ61h

PKB: UMKM Jadi Jangkar Pengaman dari Pengangguran Massal - Liputan6.com
"dari" - Google Berita
https://ift.tt/2rCl872
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update

Pesan dari Dokter Xie Jiang yang Berjuang di Garis Depan Rumah Sakit Anzhen, Wuhan - Kompas.com - Internasional Kompas.com

KOMPAS.com - Seorang dokter yang bertugas di garis depan kasus korban infeksi virus corona di Wuhan menyampaikan pesan dan ceritanya kepada BBC.

Dokter Xie Jiang bekerja di rumah sakit Anzhen, salah satu rumah sakit di Wuhan, provinsi Hubei, China berpesan, "Jangan pernah sekali-kali mengabaikan penyakit ini. Jangan pernah."

Di dalam unggahan video berisi percakapan wawancara antara jurnalis BBC dengannya, Xie Jiang mengatakan bahwa dirinya tiba di rumah sakit Anzhen pada awal bulan lalu.

Ketika itu, dia melihat banyak pasien terinfeksi virus corona memenuhi rumah sakit. "Mereka seperti lautan manusia. Padahal, fasilitas rumah sakit seperti kasur tidak mencukupi."

Situasi itu membuatnya yakin, tidak ada satu rumah sakit pun di dunia ini memiliki peralatan medis lengkap yang mampu menghadapi pasien sebanyak itu.

Baca juga: Paus Fransiskus Seka Hidung dan Batuk Saat Beri Dukungan ke Penderita Virus Corona

Meski begitu, hari demi hari pihak rumah sakit pada akhirnya memiliki peralatan canggih seperti ecmo (yang mendukung pasien untuk terus hidup), ventilator dan ventilator invasif.

Saat ini angka kematian di China dikabarkan menurun drastis dari bulan sebelumnya. Walau begitu, dokter Xie Jiang masih belum puas diri. Menurutnya, angka kematian masih relatif tinggi.

"Pasien yang memiliki gejala penyakit virus corona parah justru memiliki resiko kematian lebih tinggi dibandingkan penderita Sars," ungkapnya. Hal itu juga yang kini harusnya menjadi perhatian.

Baca juga: [POPULER INTERNASIONAL] Wakil Presiden Iran Positif Terjangkit Virus Corona | WNI di Wuhan Tak Terevakuasi Kecewa pada Pemerintah RI

Ketika dokter Xie Jiang ditanya apakah dirinya mengalami kesulitan dalam menguasai sisi emosionalitasnya, dia menjawab, "Sangat menyedihkan ketika mendengar anak muda meninggal karena penyakit ini."

Dia kemudian menceritakan tentang nasib dokter Li Wenliang yang tergolong masih sangat muda. Dokter Wenliang sebenarnya telah berusaha memperingatkan petugas medis lain terkait penyakit sejenis Sars yang akan mewabah.

"Dia sempat diinterogasi polisi. Dan ternyata dia memang benar,"ungkapnya sedih, "aku sangat sedih ketika mendengar berita tentangnya (dokter Wenliang). Ini merupakan pukulan besar bagi seluruh tenaga medis."

Belajar dari pengalaman ini, dokter Xie Jiang merasa seharusnya pemerintah China lebih bisa terbuka terhadap akses berita dan penyebaran informasi. 

"Pemberitahuan terbuka akan informasi merupakan hal yang amat penting. Jika saja kita semua tahu dari awal, maka hasilnya tidak akan separah hari ini," imbuhnya.

Dengan ekspresi kecewa dia juga memberitahukan bahwa suatu malam dia pernah kehilangan lima orang pasiennya. "Saya kehilangan lima orang pasien dalam suatu malam. Bisakah Anda bayangkan? Dalam satu malam," pungkasnya.

Penyebaran virus corona sangat cepat. Sejak pertama kali diketahui bermula di pasar Seafood Hunan di Wuhan, China, virus itu kini telah menginfeksi lebih dari 79 ribu orang di seluruh dunia. 

Baca juga: Dampak Virus Corona di Iran, Shalat Jumat Diliburkan

Let's block ads! (Why?)



"dari" - Google Berita
February 29, 2020 at 09:36AM
https://ift.tt/2I9DvFf

Pesan dari Dokter Xie Jiang yang Berjuang di Garis Depan Rumah Sakit Anzhen, Wuhan - Kompas.com - Internasional Kompas.com
"dari" - Google Berita
https://ift.tt/2rCl872
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update

South Carolina Democratic voter demographics set state's primary apart from previous three contests, exit polls show - CNN

It is the first state with a majority black electorate to weigh in on the Democratic nomination fight. The racial composition of South Carolina's Democratic primary electorate has shifted slightly compared with 2016, and early exit polls indicate it is slightly less black and a bit more white than it was four years ago.
That is most likely due to the state's open primary structure. Any registered voter could participate in the Democratic primary, and with the Republican primary canceled, some independents and Republicans, who are more likely to be white, may have chosen to participate in the Democratic contest. Four years ago, 82% of the electorate said they were Democrats, so far this year, it is closer to 7 in 10.
The South Carolina electorate so far is also more religiously active than Democratic primary voters in New Hampshire, the only other state thus far where exit polls measured religious behavior. About 4 in 10 say they attend religious services at least once a week; that stood at just 13% in New Hampshire. That's connected to the racial diversity of the electorate, but not entirely driven by it: a majority of black Democratic primary voters in South Carolina say they attend services weekly, compared with about 3 in 10 white voters.
And South Carolina's electorate includes more voters who describe themselves as moderate or conservative than any of the other three states to vote thus far. About half call themselves moderate or conservative here, compared with about a third in Iowa and Nevada and roughly 4 in 10 in New Hampshire.

Late deciders and the Clyburn endorsement

About a third of South Carolina voters said they made up their minds about whom to support in the final days of the campaign there, according to early exit poll results from CNN. That's significantly lower than the half who decided late in New Hampshire, and higher than the 1 in 10 who did so in Nevada, but about on par with late deciders in Iowa.
The survey suggests white voters in South Carolina were more apt to make up their minds in the last few days than were the state's black voters. Women were also more apt to make their final decision in the last few days than were men.
Roughly 1 in 5 overall said they made up their minds earlier in February, and about twice as many said they had decided whom to support before February, when the first voting of the primary season began.
South Carolina Democratic Rep. James Clyburn's late endorsement Joe Biden was a critical factor for about a quarter of South Carolina's Democratic primary voters, while a similar share said his announcement of support for the former vice president did not matter to their vote at all. Among black voters, the share calling it the most important factor in their vote rises to about a third.
Nearly 1 in 5 voters today were participating in their first Democratic primary, that appears to be slightly higher than the share who said so in New Hampshire (13%), though the numbers could shift as voters who participated in the late afternoon and early evening are added to the exit poll results.

Electability and unity

Early exit polls suggest South Carolina Democratic primary voters are more apt than those in the race's first three states to say they want the party to nominate a candidate who agrees with them on the issues.
About 4 in 10 say they'd rather see a nominee who agrees with them on the issues, while a small majority say they want the party to nominate someone who can beat President Donald Trump. In each of the other states where caucuses or primaries were held so far, more than 6 in 10 said they preferred a nominee who could win.
In South Carolina, ideology appears to work in the opposite way than it has in some other states on this question: Those who consider themselves moderate or conservative are almost evenly split on this question, while liberals are more apt to say they want a winner. In both Iowa and Nevada, the pattern was reversed, with moderates and conservatives more apt to say they wanted a winner than were liberals. In New Hampshire, voters preferred someone who could beat Trump across ideological lines, though moderates were slightly less likely to say so.
South Carolina's Democratic primary voters are also less likely than those in New Hampshire were to say they're angry about Trump's administration. About 8 in 10 said they were angry in New Hampshire, that dips to roughly half in South Carolina.
Still, those who have turned out so far are largely on board to vote for the Democratic nominee in November regardless of who it is. Only about 1 in 6 say they are not committed to voting for the Democrat in November.
About 4 in 10 say they're seeking a candidate who can bring needed change, while just more than a quarter each say they want one who cares about people like them and one who can unite the country.

On the issues

Health care remains the most important issue for Democratic primary voters, according to the preliminary exit poll results.
Overall, about 4 in 10 who have voted so far in South Carolina say that it was the most important issue in their vote. About half as many said that income inequality was the key factor in their vote, and roughly 1 in 6 said race relations was a critical issue. Slightly fewer chose climate change as their top concern.
Although about the same share of black and white voters in South Carolina call health care the top issue in their vote, there's a gap by race on climate change and race relations. Among white voters, climate change lands second, with nearly a quarter calling it their top issue. Among black voters, about a quarter each choose race relations and income inequality as their top issue, while the share choosing climate change stands in the single digits. One in 10 white voters names race relations as their top concern.
South Carolina's voters so far have expressed lower support for a plan like "Medicare for All" than do voters in the other early contests. About half say they support replacing all private health insurance with a single government plan for everyone. In Iowa, New Hampshire and Nevada, about 6 in 10 supported it.
About half of those who came out to vote Saturday in South Carolina say the nation's economic system is in need of a complete overhaul. Just 1 in 10 say the economic system works well enough as it is.
Nearly 6 in 10 women say they think the economic system needs a complete overhaul, compared with 4 in 10 men. Black voters were nearly 20 points more likely than whites to say that the system needs one.
The CNN Exit Poll was conducted by Edison Research for the National Election Pool. Results are based on interviews conducted throughout the day with 1,526 randomly selected Democratic primary voters at 35 precincts in South Carolina. Results for the full sample have a margin of error of plus or minus 4 percentage points.
This story has been updated with the latest exit poll figures from the South Carolina primary.

Let's block ads! (Why?)



"from" - Google News
March 01, 2020 at 06:09AM
https://ift.tt/2uGfpim

South Carolina Democratic voter demographics set state's primary apart from previous three contests, exit polls show - CNN
"from" - Google News
https://ift.tt/2SO3d93
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update

Photos From America’s Longest War - The New York Times


Soon after the attacks of Sept. 11, 2001, the United States military’s attention turned to Afghanistan, where Al Qaeda’s leaders were based. Many knew an invasion was sure to come.

What no one knew was that Operation Enduring Freedom, the invasion to rout Al Qaeda and its hosts, the Taliban, would turn into a war that is now in its 19th year — America’s longest.

It has vexed three American presidencies and outlasted 13 American military commanders. It has also opened a window, for much of the world, onto a country where modernity still clashes with ancient customs and religious edicts.

Here, in chronological order, are images showing the long arc of the war, as seen through the eyes of New York Times photographers.

2001-2002

Operation Enduring Freedom began on Oct. 7, 2001, with an American bombing campaign against Al Qaeda and the Taliban. On the ground, American Special Operations forces teams linked up with Afghan militias opposed to the Taliban, mainly the Northern Alliance, to drive the Taliban from power. The capital, Kabul, fell in mid-November, along with the Taliban stronghold of Kandahar.

In December, Osama bin Laden, Al Qaeda’s leader, escaped to Pakistan through the mountains around Tora Bora. That same month, an interim Afghan government led by Hamid Karzai was installed.

A United Nations Security Council resolution established the International Security Assistance Force, or ISAF, a military coalition led by the United States.

Credit...James Hill for The New York Times

2003-2007

Defense Secretary Donald Rumsfeld announced an end to major combat operations in Afghanistan in May 2003. Even with a major reconstruction effort underway there, and about 8,000 American troops in place, President George W. Bush’s administration began shifting combat resources to the war in Iraq.

In 2004, an Afghan assembly drafted a Constitution. Zalmay Khalilzad, then the American ambassador, said it contained “the foundation for democratic institutions.”

[Read a Times historical photo essay on past Afghan wars, The Empire Stopper.]

The Taliban-led insurgency grew stronger in 2006, carrying out more ambushes and suicide bombings. Despite training and equipment supplied by the United States and ISAF, Afghan security forces could not contain the Taliban resurgence, aided by militants across the border in Pakistan. The United States sent more of its soldiers to the war.

By 2007, about 25,000 American troops were in Afghanistan.

2008-2010

In February 2009, the new American president, Barack Obama, declared a recommitment to the war and deployed 17,000 more troops to Afghanistan, adding to the 36,000 already there.

In December, Mr. Obama announced a “surge” meant to build and train an Afghan security force that would be strong enough to assume responsibility for fighting the insurgency. His plan included sending 30,000 more American troops, bringing the total number to nearly 100,000 by mid-2010.

2011-2013

In May 2011, a U.S. Navy SEAL team killed Osama bin Laden in a compound in Abbottabad, Pakistan, where he had been living for years. In June, Mr. Obama announced that he would pull 33,000 troops from Afghanistan by mid-2012.

In 2012, Afghanistan’s president, Hamid Karzai, began blaming United States and coalition troops for rising civilian casualties, as his relationships with American leaders deteriorated.

Afghans took over most security responsibilities in 2013, with the U.S.-led coalition’s forces shifting to training and counterterrorism operations.

2014-2018

On Dec. 31, 2014, the combat mission in Afghanistan formally ended, but the American military presence in the country did not. Mr. Obama announced a timetable for the withdrawal of most troops by the end of 2016.

After a 2014 election marred by fraud, Ashraf Ghani became president, but he signed a power-sharing agreement with his top opponent, Abdullah Abdullah.

On the battlefield, the Afghan security forces increasingly struggled against the Taliban taking heavy casualties and losing territory.

In August 2017, President Trump said that while his first instinct had been to withdraw all troops from Afghanistan, he would continue to prosecute the war. He stressed that withdrawal decisions would be based on combat conditions, not on predetermined timelines.

The United Nations said 2018 was the deadliest year for Afghan civilians since it had begun tracking civilian casualties 10 years earlier.

2018-2020

Late in 2018, American and Taliban negotiators began holding peace talks. The discussions continued well into 2020, in Doha, Qatar. (The Afghan government was excluded from the talks — the Taliban refused to meet with its officials.)

On Feb. 29, the United States signed a peace deal with the Taliban, opening the door to a gradual, final troop withdrawal from Afghanistan, and the beginning of direct talks between the Afghan government and the insurgency to determine the country’s future.

As of February, about 12,000 American troops were still in the country.

The United States has spent more than $2 trillion on the war effort. More than 2,400 American troops and nearly 700 troops from other nations in the coalition have died. More than 38,000 civilians have been killed, and among the Afghan security forces, about 60,000 are estimated to have died since the start of the war.

Produced by Craig Allen, David Furst, Mikko Takkunen and Gaia Tripoli.

Let's block ads! (Why?)



"from" - Google News
February 29, 2020 at 09:00PM
https://ift.tt/399bB8g

Photos From America’s Longest War - The New York Times
"from" - Google News
https://ift.tt/2SO3d93
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update

Help! My Jewelry Was Stolen From My Hotel Room - The New York Times

My friend and I recently stayed in a posh hotel in London. Five days after checking out, my friend discovered several pieces of jewelry missing and realized they had been stolen while she was at the hotel. I am horrified that this would happen. I have a journal entry from my grandmother’s trip to Paris in 1936 in which she describes having earrings stolen from her hotel room — I know theft happens, but I don’t know what consumers are supposed to do about it.

Hannah

I empathize with your friend (and your grandma!) and I especially relate to the feeling of being horrified.

About three years ago, one of my rings disappeared from a Paris hotel where my husband and I were babymooning at the time. I had left all of my jewelry out in plain view — foolish, I know. The hotel had physical room keys (versus key cards), making it impossible to track who had entered. Hotel management insisted that I had misplaced the ring (I didn’t) and denied any fault.

Take it from me: Pregnancy hormones and missing diamonds don’t mix well. But even as I (unsuccessfully) explored the possibility of restitution, I confronted a reality that even most experts agree on: “This is a very convoluted area of the law,” said Stephen Barth, a Houston-based attorney who specializes in the hospitality industry. Who’s to blame, legally, and the action you can take depends on a dizzying list of factors, ranging from where in the world you are to the vicissitudes of decades-old innkeeper statutes.

Mr. Barth stressed the importance of using the hotel-provided safe — either the in-room safe or the front-desk safe deposit box — not only from the obvious practical standpoint, but from a legal one as well. In the United States, he said, a hotel may be liable for the entire value of items stolen from the safe if there is clear complicity or negligence. A hotel’s liability for items left out of the safe varies by state, with generally unfavorable limits: around $300 to $500.

Things get even more complicated when travelers — like your friend who remained unaware of a potential incident until days after checkout — don’t act in the moment.

“The first and most important step is to report the theft or loss — first to hotel management and then to the police. You’ll most likely need to provide a formal police report to file with a travel insurance claim,” said Stan Sandberg, the co-founder of travel insurance comparison website TravelInsurance.com.

So although I wouldn’t have luck going to bat for your friend so far after the fact, I’d like to use my remaining column space to lay out other guardrails. Most people do as I did: wait until something bad happens. Having been through it, I wish I had been more proactive up front.

First, take the time to look at what’s covered — or not — by your current insurance, and note that general travel insurance doesn’t always cover the full value of fine jewelry. “While the total coverage limits range from $1,000 to $3,000 on standard and premium plans, they may have per-item limits for jewelry or high-value items of $500,” Mr. Sandberg said.

Home or rental insurance may also fall short — we learned that the hard way after returning from Paris and realizing our policy had an extremely low limit for valuables. Nearly immediately, we switched to Chubb home insurance with a carved-out valuables article policy. Now, regardless of where I am in the world, my jewelry is protected against loss or theft.

The new policy provides an enormous peace of mind. But these days, I rarely travel with jewelry anyway — a strategy endorsed by Mr. Barth. “The most valuable thing I ever travel with is my passport, then once I get to the hotel I leave it in the safe. I set a reminder on my phone to access the safe before I check out,” he said.

It’s no surprise that the Paris hotel ultimately refused to pony up. But I’m a big believer in upsides, and if there’s a tiny one to be found, it’s that the experience also forced me to whip my own travel habits into shape; now, the safe is the first thing I do when I enter a hotel room and the last thing I do before checking out. There’s no question that the feeling of being robbed is among the worst, but hopefully it can be just as motivating for your friend as it was for me.


Sarah Firshein formerly held staff positions at Travel + Leisure and Vox Media, and has also contributed to Condé Nast Traveler, Bloomberg, Eater and other publications. If you need advice about a best-laid travel plan that went awry, send an email to travel@nytimes.com.

52 PLACES AND MUCH, MUCH MORE Follow our 52 Places traveler, Sebastian Modak, on Instagram as he travels the world, and discover more Travel coverage by following us on Twitter and Facebook. And sign up for our Travel Dispatch newsletter: Each week you’ll receive tips on traveling smarter, stories on hot destinations and access to photos from all over the world.

Let's block ads! (Why?)



"from" - Google News
February 29, 2020 at 05:00PM
https://ift.tt/38bVNQV

Help! My Jewelry Was Stolen From My Hotel Room - The New York Times
"from" - Google News
https://ift.tt/2SO3d93
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update

AS Akan Tarik Mundur Semua Pasukannya dari Afghanistan dalam 14 Bulan - Kompas.com - KOMPAS.com

KABUL, KOMPAS.com - Sabtu (29/2/2020) Amerika Serikat (AS) telah menyetujui untuk menarik semua pasukannya dari Afghanistan dalam 14 bulan.

Pernyataan tersebut terangkum dalam perjanjian yang sudah disepakati antara AS dengan kelompok pemberontak Taliban.

Dilansir dari kantor berita AFP, sebelum kesepakatan ini terjalin, Taliban telah memerintahkan adanya gencatan senjata di Afghanistan.

Selama periode gencatan jelang perjanjian yang berlangsung sejak pekan lalu, dilaporkan hanya serangan terisolasi yang terjadi.

Perjanjian ini akan membuat ribuan tentara AS keluar dari Afghanistan setelah lebih dari 18 tahun.

AS menyetujui syarat yang diajukan, sebagai ganti dari komitme keamanan dari Taliban, termasuk ke depannya menggelar pembicaraan dengan pemerintah Afghanistan.

Baca juga: Kesepakatan AS-Taliban, Trump: Kesempatan Rakyat Afghanistan Berdamai

"Karena kesepakatan itu ditandatangani hari ini, dan rakyat kami senang dan merayakannya, kami telah menghentikan semua operasi militer kami di seluruh negeri," kata juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, kepada AFP.

Perintah ini menandai gencatan senjata kedua selama perang Afghanistan. Gencatan senjata pertama terjadi di tahun 2018 selama tiga hari di tengah perayaan Idul Fitri.

Penasihat Keamanan Nasional Afghanistan, Hamdullah Mohib, mengatakan dia sangat optimis tentang kesepakatan gencatan senjata parsial satu minggu ini, yang dijuluki periode "pengurangan kekerasan".

"Kami telah mencapai tahap yang memberi kami harapan," kata Mohib.

"Taliban mampu mengurangi kekerasan. Tetapi mereka masih harus diuji agar tidak melanjutkan kekerasan. Itu juga menunjukkan bahwa Taliban menginginkan perdamaian."

Baca juga: Gencatan Senjata AS-Taliban, Ini 4 Hal yang Perlu Anda Ketahui

Di penandatanganan perjanjian nanti di Qatar, para petinggi Afghanistan akan absen, tetapi perwakilan pemerintah akan datang untuk melakukan "kontak awal" dengan Taliban.

Sementara itu pemberontak menekankan bahwa gencatan senjata ini tidak sepenuhnya.

Jumlah serangan Taliban memang menurun drastis selama seminggu, tapi serangan masih terjadi di area pedesaan yang bisa kembali memanaskan suasana.

Baca juga: Kesepakatan Damai AS-Taliban, Trump: Saya Akan Menandatanganinya

Let's block ads! (Why?)



"dari" - Google Berita
February 29, 2020 at 08:25PM
https://ift.tt/2wYeCu0

AS Akan Tarik Mundur Semua Pasukannya dari Afghanistan dalam 14 Bulan - Kompas.com - KOMPAS.com
"dari" - Google Berita
https://ift.tt/2rCl872
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update

Skenario Evakuasi WNI Diamond Princess dari Bandara Halim - CNN Indonesia

Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Kesehatan mengungkap ada dua opsi lokasi yang dipertimbangkan pemerintah sebagai tempat pendaratan 68 Warga Negara Indonesia (WNI) yang dievakuasi dari kapal pesiar Diamond Princess di perairan Yokohama, Jepang.

Para WNI dari kapal Diamond Princess itu dievakuasi menggunakan pesawat khusus Garuda, dari Bandara Haneda, Tokyo, Jepang. Dari Bandara Haneda, pemerintah punya opsi mendaratkan mereka di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta atau Bandara Internasional Kertajati, Jawa Barat, sebelum dibawa ke Pulau Sebaru Kecil untuk diobservasi.

"Bandara tujuan yang kami diskusikan sampai dengan hari ini antara Halim atau Kertajati," Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengedalian Penyakit Kemenkes, Achmad Yurianto saat dihubungi CNNIndonesia.com, Sabtu (29/2).
Yurianto mengungkapkan Kemenkes telah membuat skenario penjemputan di Bandara Halim Perdanakusuma. Namun, sampai saat ini pemerintah belum memutuskan bandara yang digunakan mendaratkan 68 WNI tersebut. 

Pemerintah disebut Yurianto masih melakukan peninjauan lokasi untuk membuat skenario kedua apabila para WNI tersebut diturunkan di Bandara Internasional Kertajati, Jawa Barat.

Untuk skenario pendaratan di Halim Perdanakusuma, Yurianto mengatakan setelah pesawat mendarat para WNI akan diangkut menggunakan kendaraan menuju Markas Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) di Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Yurianto mengatakan para WNI akan dibawa menggunakan bus milik TNI untuk diangkut dari Halim Perdanakusuma menuju Kolinlamil. Bus akan dikawal aparat gabungan TNI dan Polri. Namun Yurianto tak mengungkap rute yang ditempuh bus dari Halim menuju Kolinlamil.

Selanjutnya, kata dia, dari Kolinlamil 68 WNI akan menaiki KRI Soeharso untuk dilabuhkan ke Pulau Sebaru Kecil, tempat mereka akan diobservasi selama 14 hari terhitung sejak tiba di Pulau itu.

"Kalau dihitung semua kan perjalanan bisnya tidak sampai satu jam. Apalagi tengah malam begitu," kata dia.

Menurut proyeksi pemerintah, tim penjemput tersebut akan mulai berangkat dari Jepang esok, pukul 18.00 waktu setempat. Mereka diperkirakan tiba di Tanah Air sektiar pukul 23.30 WIB malam.

Untuk skenario kedua, yakni pendaratan di Bandara Internasional Kertajati, Yurianto menuturkan pemerintah masih melakukan peninjauan lokasi.

Sementara itu, Kementerian Luar Negeri mengaku belum mendapatkan informasi terkait dengan rute yang akan dilalui WNI sebelum diobservasi di Pulau Sebaru Kecil.

"Saya belum peroleh info, ada baiknya dicek dengan Kemenko PMK," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia, Teuku Faizasyah saat dimintai konfirmasi.

Menko PMK Muhadjir Effendy belum merespons pesan singkat dari CNNIndonesia.com.

Pemerintah telah melepas tim penjemput terdiri dari 23 orang untuk mengevakuasi 68 WNI di kapal Diamond Princess. Tim dilepas di Bandara Soekarno-Hatta, Jumat (28/2) dan kemudian terbang ke Jepang pukul 16.00 WIB menggunakan pesawat Garuda Indonesia.

[Gambas:Video CNN]
Dalam pelepasan tim evakuasi ini, Retno didampingi Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dan Kapolri Jenderal Idham Azis, serta sejumlah petinggi kementerian dan lembaga terkait.

"Saat ini kita akan melepas 23 (orang) tim penjemput evakuasi WNI dari Yokohama," kata Retno kemarin sore di Bandara Soetta. (mjo/wis)

Let's block ads! (Why?)



"dari" - Google Berita
February 29, 2020 at 07:23PM
https://ift.tt/38asKNN

Skenario Evakuasi WNI Diamond Princess dari Bandara Halim - CNN Indonesia
"dari" - Google Berita
https://ift.tt/2rCl872
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update

They Recovered From the Coronavirus. Were They Infected Again? - The New York Times

Can people who recover from a bout with the new coronavirus become infected again — and again?

The Japanese government reported this week that a woman in Osaka had tested positive for the coronavirus for a second time, weeks after recovering from the infection and being discharged from a hospital.

Combined with reports from China of similar cases, the case in Japan has raised some uncomfortable questions. Reinfections are common among people who have recovered from coronaviruses that cause the common cold.

But those pathogens are very different from the new coronavirus, and experts said it’s unlikely that these are cases of people getting infected a second time.

“I’m not saying that reinfection can’t occur, will never occur, but in that short time it’s unlikely,” said Florian Krammer, a virologist at the Icahn School of Medicine at Mount Sinai in New York.

Even the mildest of infections should leave at least short-term immunity against the virus in the recovering patient, he said.

More likely, the “reinfected” patients still harbored low levels of the virus when they were discharged from the hospital, and testing failed to pick it up.

Even if there were occasional cases of reinfection, they do not seem to be occurring in numbers large enough to be a priority at this point in the outbreak.

The Coronavirus Outbreak

  • Answers to your most common questions:

    Updated Feb. 26, 2020

    • What is a coronavirus?
      It is a novel virus named for the crownlike spikes that protrude from its surface. The coronavirus can infect both animals and people and can cause a range of respiratory illnesses from the common cold to more dangerous conditions like Severe Acute Respiratory Syndrome, or SARS.
    • How do I keep myself and others safe?
      Washing your hands frequently is the most important thing you can do, along with staying at home when you’re sick.
    • What if I’m traveling?
      The C.D.C. haswarned older and at-risk travelers to avoid Japan, Italy and Iran. The agency also has advised against all nonessential travel to South Korea and China.
    • Where has the virus spread?
      The virus, which originated in Wuhan, China, has sickened more than 80,000 people in at least 33 countries, including Italy, Iran and South Korea.
    • How contagious is the virus?
      According to preliminary research, it seems moderately infectious, similar to SARS, and is probably transmitted through sneezes, coughs and contaminated surfaces. Scientists have estimated that each infected person could spread it to somewhere between 1.5 and 3.5 people without effective containment measures.
    • Who is working to contain the virus?
      World Health Organization officials have been working with officials in China, where growth has slowed. But this week, as confirmed cases spiked on two continents, experts warned that the world was not ready for a major outbreak.

A report published Thursday in JAMA supports the idea that people may test positive for the virus long after they seem to have recovered.

In four medical professionals exposed to the virus in Wuhan, China, the epicenter of the epidemic, a test that detects the viral genetic material remained positive five to 13 days after they were asymptomatic.

This does not necessarily mean that they were still able to infect others, however.

The PCR diagnostic test is highly sensitive and can amplify genetic material from even a single viral molecule. As such, the test could merely be picking up fragments of the virus.

PCR tests may detect remnants of the measles virus months after people who had the disease stop shedding infectious virus, Dr. Krammer said.

The other possibility is that the negative test was done poorly, or the samples were stored at a temperature at which the virus deteriorates. The throat swab may also simply miss the virus that is hiding elsewhere in the body.

“A virus test is positive if the virus was there on the swab in sufficient quantities at the time you swabbed the person,” said Marc Lipsitch, an epidemiologist at the Harvard T.H. Chan School of Public Health.

“A negative test is not a definitive that there is no more virus in that person.”

Dr. Lipsitch offered an analogy: a jam jar with mold on top. Scraping off the surface might give the impression that the jam is now mold-free, but in fact the jar may still contain mold that continues to grow.

The Japanese woman initially had mild symptoms of coronavirus infection and tested positive in late January. She was released from the hospital on Feb. 1. She tested positive again on Wednesday after coming in for a sore throat and chest pain.

“That certainly sounds like it could be an actual resurgence of the virus in infectious form,” Dr. Lipsitch said. But, he added, “Single anecdotes are really hard to interpret.”

One worrisome possibility is that the coronavirus follows what is known as a biphasic infection: the virus persists and causes a different set of symptoms than observed in the initial bout.

In patients infected with Ebola, the virus may persist for months in the testes or eyes even after recovery — and can infect others and keep the epidemic going.

The recovered person, too, can develop other symptoms, including insomnia and neurological problems, said Angela Rasmussen, a virologist at Columbia University.

“We don’t know if that’s the case with this coronavirus,” Dr. Rasmussen said. “We don’t know anything about this virus.”

Coronaviruses are on the whole poorly understood, she said. Before the SARS epidemic, coronaviruses were not known to cause serious illnesses.

Some scientists have said that people infected with the new coronavirus produce antibodies that will protect them in the future. And a single-patient report suggests that the immunity may last at least seven days.

But this finding is neither surprising nor reassuring, said Dr. Stanley Perlman, a coronavirus expert at the University of Iowa. “The issue is whether you’ll see it in seven months or in a year,” he said. “That’s what you care about.”

The new coronavirus closely resembles the ones that cause SARS and, to a lesser extent, MERS. There are no reports of reinfections with the SARS virus, Dr. Perlman said, and only one that he has heard of in a patient recovering from MERS.

Dr. Perlman’s research with MERS has shown that the strength of the immune response depends on the severity of the infection, but that even in those with severe disease — which should produce the strongest immune responses — the immunity seemed to wane within a year.

How long immunity lasts will also be a key question to resolve when designing a vaccine for the new coronavirus, particularly if the virus becomes a seasonal threat like influenza.

“What is the nature of immunity to this virus after infection?” Dr. Lipsitch said. “That’s a research question that’s urgent.”

Let's block ads! (Why?)



"from" - Google News
February 29, 2020 at 05:00PM
https://ift.tt/2Tabcx2

They Recovered From the Coronavirus. Were They Infected Again? - The New York Times
"from" - Google News
https://ift.tt/2SO3d93
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update

Search

Featured Post

5 key takeaways from Xi's trip to Saudi Arabia - CNN

Editor’s Note: A version of this story appears in CNN’s Meanwhile in today’s Middle East newsletter, a three-times-a-week look inside the r...

Postingan Populer