Rechercher dans ce blog

Thursday, March 19, 2020

Tantangan Bekerja Dari Rumah – Bebas Akses - kompas.id

Kompas/Yuniadhi Agung

Seorang pegawai Bank BNI bekerja di rumahnya di Tangerang Selatan, Banten, Selasa (17/3/2020). Sejumlah kantor dan perusahaan menerapkan sistem bekerja dari rumah untuk meminimalisasi penularan virus korona tipe baru (SARS-CoV-2) penyebab Covid-19.

Sistem bekerja dari rumah menjadi salah satu solusi untuk meminimalisasi penyebaran penyakit Covid-19. Namun, dalam pelaksanaannya tidak semua sektor pekerjaan bisa dikerjakan di rumah. Faktor lain, seperti ukuran rumah, ketiadaan alat kerja dan komunikasi, serta kurangnya komunikasi dan koordinasi, juga bisa menghambat produktivitas bekerja dari rumah. Menjadi tantangan bagi kita semua yang bekerja di rumah pada masa pandemi Covid-19 ini.

Imbauan Presiden Joko Widodo pada konferensi pers di Istana Bogor, Jawa Barat, pada 15 Maret lalu untuk bekerja, belajar, dan beribadah dari rumah, salah satunya menciptakan sistem bekerja dari rumah. Setelah itu, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi mengeluarkan Surat Edaran Nomor 19 Tahun 2020 tentang Penyesuaian Sistem Kerja Aparatur Sipil Negara dalam Upaya Pencegahan Covid-19 di lingkungan instansi pemerintah.

Isinya, ASN dapat bekerja di rumah/tempat tinggal, tetapi dipastikan ada dua level pejabat struktural tertinggi yang bekerja di kantor. Selain itu, ada larangan kegiatan tatap muka yang menghadirkan banyak peserta untuk ditunda atau dibatalkan. Otoritas Jasa Keuangan meminta kepada sejumlah perusahaan perbankan untuk melakukan penyesuaian layanan operasional dengan mengurangi interaksi antarorang.

Sebelumnya, sejumlah perusahaan swasta di Jakarta juga telah mengeluarkan kebijakan bekerja dari rumah (work from home/WFH). Perusahaan tersebut misalnya Unilever, Nestle, Prudential, Coca Cola, HSBC, Indofood, dan Frissian Flag.

Namun, setiap perusahaan mempunyai kebijakan sendiri, seperti membagi dua tim yang secara bergantian bekerja di rumah dan di kantor serta bekerja dari rumah hanya diperuntukkan bagi mereka yang sakit dan baru dari perjalanan ke luar negeri. Ataupun hanya menerapkan bekerja di rumah selama beberapa hari karena untuk keperluan penyemprotan disinfektan.

Sejumlah perusahaan swasta tersebut menerapkan sistem WFH yang berbeda-beda sesuai dengan jenis perusahaannya. Namun, sebenarnya apa yang disebut sistem bekerja dari rumah? Menurut penelitian ”Work-life Balance and Working from Home (Crosbie & Moore, 2004)”, bekerja dari rumah berarti pekerjaan berbayar yang dilakukan terutama dari rumah (minimal 20 jam per minggu).

Bekerja dari rumah akan memberikan waktu yang fleksibel bagi pekerja untuk memberikan keseimbangan hidup bagi karyawan. Di sisi lain juga memberikan keuntungan bagi perusahaan.

Sistem ini akhirnya yang dipilih untuk mengurangi penyebaran virus korona tipe baru (SARS-CoV-2) penyebab Covid-19. Bekerja dari rumah akan menjaga jarak sosial, yakni mengurangi mobilitas orang, menjaga jarak, dan mengurangi kerumunan orang. Perjalanan dari rumah ke kantor akan berpotensi untuk bertemu dan berdekatan dengan banyak orang.

Sistem WFH ini telah diterapkan oleh negara-negara pandemi Covid-19 lainnya. Di antaranya Ford dan General Motors di Amerika Serikat yang mengumumkan mulai Senin (16/3/2020), karyawannya bisa bekerja dari rumah. Ford memperkerjakan 190.000 orang dengan cabang di seluruh dunia. Adapun General Motors mempunyai karyawan sekitar 168.000 orang. Namun, hal ini tidak berlaku bagi pekerja pabrik dan mereka yang secara fisik harus hadir di kantor.

Tak hanya dua perusahaan itu, mengutip dari laman The Guardian, 13 Maret 2020, perusahaan telekomunikasi AT&T juga menerapkan sistem WFH bagi stafnya. Kemudian, Wall Street Bank termasuk JP Morgan dan Goldman Sachs dan seluruh pekerja Silicon Valley telah diinstruksikan untuk tinggal di rumah.

Persiapan

Di Indonesia, belum semua perusahaan dan instansi pemerintahan siap dengan sistem WFH. Sebelum memulai sistem tersebut, laman Forbes.com membagikan sejumlah saran bagaimana mempersiapkan sistem bekerja dari rumah.

Pertama, mengidentifikasi, siapa saja yang memungkinkan bekerja dari rumah dan yang tidak. Sejumlah pekerjaan yang terkait dengan data perusahaan tidak bisa asal membawa data tersebut ke rumah. Selain itu, juga dengan bagian pekerjaan yang tergantung dengan sistem internal kantor.

Setelah itu menentukan sumber daya peralatan karyawan. Apakah karyawan mempunyai peralatan untuk bekerja di rumah, seperti laptop, dan apakah sambungan internetnya lancar? Perusahaan juga harus membayar penggunaan paket data untuk sambungan internet di rumah.

Hal lain adalah bagaimana pengawasan dan koordinasi dilakukan. Sebelum dilakukan proses WFH, sebaiknya ada koordinasi pembagian tugas. Tak kalah penting, mengajari karyawan menggunakan perangkat/aplikasi untuk melakukan koordinasi jarak jauh dengan berbagai macam aplikasi yang telah tersedia.

Mengurangi mobilitas

Keuntungan utama dari sistem WFH adalah mengurangi mobilitas orang. Diperkirakan akan ada lima jenis pekerjaan yang bisa bekerja dari rumah. Pekerjaan itu adalah administrasi pemerintahan, informasi dan komunikasi, serta jasa pendidikan, keuangan, dan kelompok jasa perusahaan.

Sebagai gambaran, ada 12,5 persen Angkatan Kerja Indonesia yang bakal menerapkan sistem WFH. Dari angka itu, terbesar merupakan jasa pendidikan (4,9 persen). Para pengajar akan bekerja dari rumah saat anak didiknya diliburkan. Meski demikian, ada juga beberapa guru yang harus masuk ke sekolah untuk mempersiapkan materi belajar dalam jaringan (online).

Posisi kedua adalah administrasi pemerintahan (3,85 persen). Profesi ini pasti akan bekerja dari rumah setelah keluar SK Menteri PAN dan RB. Dari lima provinsi lokasi penyebaran Covid-19 di Indonesia (Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, Bali, dan DI Yogyakarta) dua lapangan pekerjaan ini juga yang mendominasi.

Di jakarta saja, diperkirakan ada 19,74 persen yang akan bekerja dari rumah. Menilik Survei Komuter BPS tahun 2019, 11 persen dari 29,3 juta penduduk Jabodetabek adalah komuter yang bermobilitas dari tempat tinggalnya menuju tempat aktivitasnya, pulang pergi setiap hari.

Sebanyak 80,5 persen komuter berkegiatan utama bekerja. Namun, dari tiga jenis lapangan pekerjaan utama komuter (pertanian, manufaktur, dan jasa), kemungkinan hanya jasa yang akan melakukan WFH, yakni sekitar 73 persen. Jika asumsi ini benar, mobilitas komuter lintas Jabodetabek akan cukup berkurang.

Dampak lainnya adalah mengurangi biaya transportasi dari setiap komuter. Catatan Survei Komuter, sekitar sepertiga dari mereka menghabiskan biaya Rp 15.000-Rp 25.000. Selanjutnya 25 persen, biaya transportasi PP tiap hari lebih dari Rp 25.000.

Nyaman

Hal yang paling dinantikan saat bekerja di rumah adalah kenyamanan. Bekerja di rumah berarti tak perlu untuk menggunakan baju kantor yang formal. Bekerja dengan laptop atau ponsel pintar di rumah bisa dengan pakaian yang nyaman, seperti celana pendek, kaus, ataupun yang wanita bisa menggunakan daster.

Bekerja juga bisa di ruang apa pun di dalam rumah yang bisa memberikan kenyamanan. Bisa di ruang tamu, ruang makan, taman, ataupun di kamar tidur. Waktu juga bisa lebih fleksibel. Bisa mulai dari pagi hingga sore hari diselingi dengan tidur siang. Atapun dari siang hingga malam hari. Tidak perlu terburu-buru berangkat ke kantor yang perjalanannya cukup menyita waktu.

Ada yang berpendapat, bekerja di rumah bisa lebih fokus. Bekerja di rumah di ruang kerja yang tersedia, pekerjaan akan lebih cepat selesai. Asumsinya, tidak akan ada gangguan untuk mengobrol dengan teman kantor, hanya fokus menyelesaikan pekerjaan.

Selain itu, bagi karyawan yang telah berkeluarga, saat bekerja di rumah berarti bisa lebih dekat dengan anak ataupun pasangan. Waktu berinteraksi akan lebih banyak dibandingkan jika harus bekerja di kantor.

Namun, kenyamanan yang didapat dari bekerja di rumah membuat kita harus mempunyai komitmen tinggi untuk bisa menyelesaikan pekerjaan tepat waktu. Kenyamanan ini terkadang juga membuat para karyawan yang bekerja di rumah terlena dan lupa menyelesaikan pekerjaan tepat waktu.

Waktu kerja di rumah menjadi sangat panjang. Jika tidak membatasi diri, bisa 12 jam lebih akan terus bekerja. Beda halnya saat bekerja di kantor, sudah ada batasan waktu 9 jam kerja dan setelah pulang ke rumah bisa beristirahat. Banyak saran yang diberikan supaya karyawan yang bekerja di rumah saat ini mempunyai batasan waktu bekerja.

Baca juga: Cerita Mereka yang ”Work from Home”

Ukuran Rumah

Namun, tidak semua orang akan nyaman untuk bekerja di rumah. Ukuran tempat tinggal bisa menjadi salah satu alasannya. Data BPS 2018 menyebutkan, masih ada sekitar 17,4 persen keluarga yang tinggal di rumah dengan luas kurang dari 10 meter persegi. Bahkan, ada 8,6 persen rumah tangga yang rumahnya berukuran kurang dari 7,2 meter persegi.

DKI Jakarta menduduki peringkat pertama, provinsi dengan luas lantai per kapita kurang dari 7,2 meter persegi dan 10 meter persegi. Keterbatasan lahan di Jakarta yang membuat rumah dibuat dengan ukuran kecil.

Hal inilah yang kadang tidak membuat nyaman untuk bekerja di rumah. Jika rumah berukuran kurang dari 10 meter persegi, bisa jadi hanya mempunyai satu ruangan yang digunakan multifungsi, yaitu untuk tidur, menerima tamu, bahkan dapur dan kamar mandi.

Inilah yang menjadi keluhan karyawan yang masing tinggal di rumah kos. Rata-rata rumah kos berukuran 9 meter persegi, bahkan kurang. Jika rumah kos tidak menyediakan ruang tamu, mau tidak mau harus bekerja di kamar.

Bekerja di kamar sempit, kemungkinan menjadi tidak nyaman dan tidak bisa berkonsentrasi. Apalagi jika kamar tidak dilengkapi dengan mesin pendingin ruangan. Alasan inilah, perusahaan wajib membuka kesempatan bagi karyawan yang tidak nyaman bekerja di rumah untuk bekerja di kantor.

Ukuran rumah yang kecil juga bukan hanya terjadi bagi karyawan yang tinggal di rumah kos, tetapi juga karyawan yang tinggal di apartemen studio ataupun rumah yang berukuran kecil. Jika rumah tersebut hanya terdiri atas satu atau dua anggota keluarga, adaptasi masih bisa dilakukan. Namun, rumah kecil dihuni empat bahkan enam anggota keluarga sangat tidak nyaman untuk bekerja dari rumah.

Komunikasi kurang efektif

Tantangan lain dalam bekerja di rumah adalah komunikasi. Selama ini komunikasi yang terjalin di dalam kantor adalah interpersonal, komunikasi langsung dalam situasi tatap muka antara dua orang atau lebih. Komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam upaya mengubah sikap pendapat atau perilaku seseorang karena sifatnya dialogis, berupa percakapan serta arus balik.

Setelah bekerja di rumah, antarkaryawan tidak bisa lagi melakukan komunikasi tatap muka. Sebenarnya dengan kecanggihan teknologi, komunikasi ini bisa dijembatani. Meski tidak bertatap muka secara langsung, tapi dengan berbagai aplikasi dari Android ataupun IOS, komunikasi jarak jauh bisa ”seolah-olah” bertatap muka.

Penelusuran Litbang Kompas, ada beberapa aplikasi yang bisa digunakan. Aplikasi Team Viewer, LogMein Pro, dan Remote PC bisa digunakan untuk mengakses komputer kantor dari rumah. Aplikasi ini memberikan akses komputer kantor serta data di dalamnya bisa diakses dari komputer, laptop, dan telepon genggam.

Kemudian aplikasi Trello, Slack, dan Google Drive yang menyediakan layanan bekerja bersama, seperti layanan komunikasi untuk tim kerja, pengaturan alur kerja, serta akses untuk kolaborasi pengerjaan pekerjaan kantor. Aplikasi rapat virtual bisa menggunakan Zoom, GoTo-Meeting, dan Google Duo.

Rapat virtual ini pun sudah dilakukan oleh presiden dan jajaran menteri kabinetnya yang dalam kondisi menghindari penyebaran Covid-19 ini memilih melakukan rapat terbatas secara virtual.

Pertemuan virtual semacam ini tentu saja ada kelebihan dan kekurangannya. Komunikasi tidak langsung harus intens dilakukan antarkaryawan atau antarbawahan dan atasan supaya target-target pekerjaan terkoordinasi dengan baik.

Alat kerja

Kendala lainnya adalah alat kerja. Tidak semua karyawan memiliki peralatan kerja untuk bekerja dari rumah, seperti laptop, ponsel, atau bahkan masih terkendala sinyal dan kecepatan internet.

Sistem WFH di Italia juga sempat menjadi kendala. Mengutip dari laman WeForum, laptop tidak umum dimiliki oleh kalangan bisnis di Italia, termasuk oleh para tenaga kerjanya. Setelah Italia menerapkan sistem lockdown, disebutkan penjualan laptop dari Amazon meningkat. Salah satu mitra Amazon di Pulau Sardinia Italia, menyiapkan 250 karyawan untuk bekerja dari rumah hampir semalam.

Bukan hanya di Italia, di Indonesia belum semua orang memiliki komputer dan mengakses internet. Data Statistika Telekomunikasi 2018, baru 20,05 persen yang memiliki komputer dan baru 66 persen yang mengakses internet. Belum lagi persoalan kekuatan sinyal internet. Di kawasan perkotaan di Indonesia saja dari data Potensi Desa 2018, masih ada 741 desa yang penerimaan sinyalnya lemah.

Kementerian Komunikasi dan Informatika melalui siaran pers 16 Maret lalu menyebutkan, Kominfo dan penyelenggara telekomunikasi dan penyelenggaraan platform digital siap mendukung kebijakan untuk bekerja, belajar, dan beribadah di rumah Presiden Jokowi. Tercatat dari berbagai pemberitaan media, sejumlah operator, seperti Telkomsel dan XL Axiata, telah menyiapkan jaringan untuk mengantisipasi lonjakan trafik akibat banyaknya pengguna di masa endemik virus korona ini.

Namun, tidak semua pekerjaan memungkinkan untuk dilakukan di rumah. Pekerjaan seperti pertanian, industri pengolahan, transportasi, pertambangan, pengadaan air, listrik, dan gas, serta realestat tidak memungkinkan untuk dilakukan di rumah.

Pekerjaan yang berhubungan dengan jasa pelayanan, seperti media, dokter, perawat, petugas di layanan pemerintahan, hingga hospitality industry, seperti hotel, restoran, penjaga tenant pusat perdagangan, tidak bisa melakukan pekerjaan di rumah. Untuk menghindari pembatasan sosial (social distancing)  adalah mengatur jam kerja dan membatasi operasional layanan jasa.

Melaksanakan sistem bekerja dari rumah tidaklah mudah bagi karyawan di Indonesia. Pakem yang terbentuk selama ini, bekerja di tempat kerja dan rumah untuk beristirahat dan berkumpul dengan anggota keluarga yang lain. Namun untuk menghindari penyebaran Covid-19, tantangan bekerja dari rumah harus dilalui. Kemajuan teknologi telekomunikasi bisa dimanfaatkan untuk meminimalisasi kelemahan-kelemahan yang ada. (LITBANG KOMPAS)

Let's block ads! (Why?)



"dari" - Google Berita
March 20, 2020 at 08:08AM
https://ift.tt/2UjS8LW

Tantangan Bekerja Dari Rumah – Bebas Akses - kompas.id
"dari" - Google Berita
https://ift.tt/2rCl872
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update

No comments:

Post a Comment

Search

Featured Post

5 key takeaways from Xi's trip to Saudi Arabia - CNN

Editor’s Note: A version of this story appears in CNN’s Meanwhile in today’s Middle East newsletter, a three-times-a-week look inside the r...

Postingan Populer